Orang tua terutama orang tua baru, biasanya akan langsung khawatir dan panik ketika menghadapi masalah susah buang air besar (BAB) pada yeezy pas cher bayi nya. Hal ini sangatlah wajar, karena masih kurangnya informasi dan pengalaman dalam hal mengurus bayi. Namun, apabila telah memiliki informasi bagaimana cara penanganannya, bunda tidak perlu khawatir lagi.
Masalah susah buang air besar atau konstipasi adalah kondisi tinja (feses) bayi menjadi lebih keras daripada biasanya. Hal ini membuat bayi kesulitan mengeluarkan feses. Ada kalanya bayi tidak buang air besar selama 3 hari atau lebih. Akibatnya, bayi merasa tidak nyaman hingga sering rewel dan menangis
Gejala konstipasi atau sembelit ditandai dengan bayi yang rewel dan menangis menahan sakit karena sulit BAB, sakit disekitar anus, perut kembung, bayi muntah dan berat badannya yang tidak naik. Apabila diraba, perut bayi terasa keras. Penampakan feses juga terlihat keras dan terkadang disertai bercak darah.
Lalu, apa sebenarnya penyebab bayi susah buang air besar? Beberapa penyebabnya yaitu :
1. Sistem pencernaan bayi belum sempurna
Sulit BAB dapat terjadi ketika bayi mulai diberikan makanan pendamping. Yang biasanya mulai dikenalkan pada bayi saat berusia 4 – 6 bulan. Penyebab konsistensi feses berubah menjadi lebih keras karena belum sempurnanya sistem pencernaan bayi. Hal ini juga disebabkan bayi belum dapat mencerna makanan padat dengan baik.
Untuk bayi yang sudah diberi makanan padat, frekuensi buang air besarnya pun bisa berubah dan lebih jarang daripada ketika usianya baru lahir. Untuk kasus konstipasi, selain feses menjadi keras dan susah dikeluarkan, biasanya bayi juga tidak buang air besar selama 3 hari lebih.
2. Kekurangan cairan atau dehidrasi
Bayi yang mendapat asupan ASI tidak akan mengalami dehidrasi karena bisa mendapatkan cairan sesuai kebutuhannya dan membuat pencernaannya lebih lancar.
Bayi yang mulai mendapatkan makanan padat membutuhkan cairan lebih banyak terutama untuk mengolah konsistensi makanan yang tekrturnya cukup keras. Bila bunda tidak menyeimbanginya asupan makanan padat dengan jumlah cairan yang masuk, hal ini dapat membuat bayi mengalami susah buang air besar.
3. Faktor Susu
Di dalam ASI terdapat beberapa bakteri baik yang dapat mengurai protein susu yang sulit dicerna. Sehingga tinja bayi lebih lembut dan buang air besar menjadi lebih mudah. ASI juga mengandung hormon motilin yang dapat meningkatkan pergerakan usus bayi dan membantu melancarkan pencernaan.
Sedangkan untuk ibu yang tidak bisa memberikan ASI-nya karena sesuatu hal, biasanya akan memberikan susu formula sebagai pendamping atau pengganti ASI. Bayi yang diberi susu formula memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami masalah susah buang air besar. Karena kandungan lemak dan protein pada susu formula tidak seimbang. Selain itu, karena kandungan kalsium dan fosfor yang terlalu tinggi pada susu formula, menyebabkan air pada tinja terserap ke dinding-dinding usus sehingga membuat tinja bayi menjadi keras.
Bunda sebaikanya memilih susu formula yang tepat bagi bayi dan harus memperhatikan kekentalan susu karena dapat menyebabkan feses menjadi keras.
4. Luka pada anus
Tekstur feses yang keras dapat menyebabkan gesekan dan melukai permukaan anus hingga berdarah. Karena tidak ingin merasakan sakitnya saat mengejan membuat bayi cenderung untuk menahan atau menunda buang air besar. Hal ini mengakibatkan feses berada dalam usus besar dalam waktu yang lama, feses semakin keras hingga sulit dikeluarkan dan menyebabkan konstipasi.
Apabila bayi terus menerus mengalami susah buang air besar, sebaiknya bunda melakukan konsultasi ke dokter. Hindari pemberian obat pencahar tanpa seijin dokter.